Selasa, 20 Desember 2022

Peran Kader TPK (Tim Pendamping Keluarga) Dalam Pencegahan Stunting

 "

Dalam kerangka pembangunan kualitas sumber daya manusia, permasalahan stunting yang merupakan salah satu bagian dari double burden malnutrition (DBM) mempunyai dampak yang sangat merugikan baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi produktivitas ekonomi dan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Stunting memiliki dampak terhadap perkembangan anak, dalam jangka pendek, stunting terkait dengan perkembangan sel otak yang akhirnya akan menyebabkan tingkat kecerdasan menjadi tidak optimal. Hal ini berarti bahwa kemampuan kognitif anak dalam jangka panjang akan lebih rendah dan akhirnya menurunkan produktifitas dan menghambat pertumbuhan ekonomi."

Saat ini, prevalensi stunting dari tahun ke tahun cenderung fluktuatif, meningkat dari 35,6 persen di tahun 2007, 36,8 persen di tahun 2010, 37,2 persen di tahun 2013 dan mulai menurun menjadi 30,8 persen di tahun 2018 serta kembali turun menjadi 27,7 persen pada tahun 2019. Namun demikian, disparitas yang lebar antar provinsi serta rerata penurunan yang masih cukup lambat merupakan tantangan dalam kerangka percepatan penurunan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting salah satu prioritas kegiatan yang termuat dalam Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) adalah pelaksanaan pendampingan keluarga berisiko stunting, pendampingan semua calon pengantin/calon Pasangan Usia Subur (PUS) dan surveilans keluarga berisiko stunting. Di sinilah peran Tim Pendamping Keluarga sangat dibutuhkan.

Tim Pendamping Keluarga

Tim Pendamping Keluarga merupakan sekelompok tenaga yang dibentuk dan terdiri dari Bidan, Kader TP PKK dan Kader KB untuk melaksanakan pendampingan meliputi penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi penerimaan program bantuan sosial kepada calon pengantin/calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu pasca persalinan, anak usia 0-59 bulan serta melakukan surveilans keluarga berisiko stunting untuk mendeteksi dini faktor-faktor risiko stunting. Dalam berbagai kondisi, komposisi tim pendamping keluarga dapat disesuaikan melalui bekerjasama dengan Bidan dari Desa/Kelurahan lainnya atau melibatkan perawat atau tenaga kesehatan lainnya

Tugas pokok dari Tim Pendamping Keluarga adalah melakukan pendampingan terhadap keluarga yang memiliki kerawanan terhadap stunting. Pendampingan Keluarga sendiri dimaknai sebagai  serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi pemberiaan bantuan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan akses informasi dan pelayanan kepada keluarga dan/atau keluarga beresiko stunting seperti ibu hamil, ibu pasca persalinan, anak usia 0 – 59 bulan, serta semua calon pengantin/calon pasangan usia subur melalui pendampingan 3 (tiga) bulan pranikah sebagai bagian dari pelayanan nikah untuk deteksi dini faktor risiko stunting dan melakukan upaya meminimalisir atau pencegahan pengaruh dari faktor risiko stunting.

Selain itu ada tugas khusus yang harus dilakukan oleh Tim Pendamping Keluarga, yakni: (1) Melakukan skrining 3 bulan pra nikah kepada catin untuk mengetahui factor resiko stunting, dalam upaya menghilangkan factor resiko tersebut, (2) Melakukan pendampingan kepada semua bumil dengan melakukan pemantauan/pemeriksaan kehamilan secara berkala, melakukan KIE KB pasca salin dan melakukan rujukan bila diperlukan.

Agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya, idealnya karakteristik anggota Tim Pendamping Keluarga adalah sebagai berikut:

Pertama, . Bidan, dengan kriteria: a. minimal memiliki Ijazah pendidikan bidan; b. memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik; c. memiliki kemampuan menggunakan gadget.

Kedua, Kader/Pengurus TP PKK Tingkat Desa/Kelurahan, dengan kriteria: a. memiliki SK atau Surat Tugas sebagai pengurus atau anggota PKK; b. berdomisili di desa yang bersangkutan; c. memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik; d. memiliki kemampuan menggunakan gadget.

Ketiga, Kader KB, dengan kriteria: a. merupakan PPKBD/Sub PPKBD/Kader Poktan/Tenaga Penggerak Desa/Kader KB di Desa/Kelurahan; b. memiliki SK atau Surat Tugas sebagai pengurus atau anggota IMP/kader KB; c. berdomisili di desa yang bersangkutan; d. memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik; e. memiliki kemampuan menggunakan gadget. Komposisi dan kriteria di atas bersifat tidak mengikat dan dapat disesuaikan dengan kondisi tenaga yang ada dimasing-masing daerah tanpa mengurangi esensi arah kebijakan dan strategi dari pelaksanaan pendampingan keluarga dalam upaya percepatan penurunan stunting di Desa/Kelurahan.

Mekanisme dan Langkah Kerja

Mekanisme Kerja Tim Pendamping Keluarga secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:

Pertama,. Tugas Utama Tim Pendamping Keluarga melaksanakan pendampingan yang meliputi penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi penerimaan program bantuan sosial dan survailance kepada keluarga termasuk Calon Pengantin/Calon Pasangan Usia Subur dan/atau keluarga berisiko stunting serta melakukan surveilans kepada sasaran prioritas untuk mendeteksi dini faktor risiko stunting.

Kedua, Peranan Dalam rangka memperkuat pelaksanaan tugas pendampingan keluarga, setiap tenaga dalam Tim Pendamping Keluarga memiliki pembagian peranan, yaitu : a.Bidan sebagai koordinator pendampingan keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan. b.Kader/Pengurus TP PKK Tingkat Desa/Kelurahan sebagai penggerak dan fasilitator (mediator) pelayanan-pelayanan bagi keluarga. c.Kader KB sebagai pencatat dan pelapor data/perkembangan pelaksanaan pendampingan keluarga dan/atau kelompok sasaran.

Ada tiga langkah kerja yang harus dilalui oleh Tim Pendamping Keluarga agar hasilnya optimal. Kelima langkah kerja tersebut adalah sebagai berikut:

Langkah pertama: koordinasi Tim Pendamping Keluarga berkoordinasi dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) sekaitan dengan rencana kerja, sumber daya, pemecahan kendala pelaksanaan pendampingan keluarga di lapangan.

Langkah kedua: pelaksanaan penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi penerimaan program bantuan sosial Pelaksanaan pendampingan yang meliputi penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi penerimaan program bantuan sosial kepada sasaran prioritas percepatan penurunan Stunting sesuai dengan kebutuhan mereka dalam kerangka percepatan penurunan Stunting.

Langkah ketiga: pencatatan dan pelaporan Tim pendamping keluarga melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pendampingan dan pemantauan keluarga berisiko Stunting sebagai bahan pertimbangan pengambilan tindakan yang dibutuhkan dalam upaya percepatan penurunan Stunting. Pencatatan dan pelaporan dilakukan melalui sistem aplikasi dan/atau manual

 

Tugas Pendampingan

Diharapkan, Tim pendamping keluarga ini dapat melakukan pendampingan keluarga secara berkelanjutan mulai dari calon pengantin, Pasangan Usia Subur, masa kehamilan, masa nifas dan kepada bayi baru lahir 0 – 59 bulan.

Pada calon pengantin dilakukan skrining kelayakan menikah 3 bulan sebelum hari H (variabel: Umur, Tinggi Badan, Berat Badan, Lingkar Lengan Atas/LiLA) terdiri 2 kategori: Lolos skrining berarti layak menikah. Tidak lolos skrining perlu pendampingan ketat. Jika tidak lolos skrining, diberi waktu koreksi selama 3 bulan, laporkan hasil akhir (terkoreksi atau belum).

Pada Pasangan Usia Subur (PUS) dilakukan skrining kelayakan calon ibu hamil, terdiri dari 2 kategori: Calon ibu hamil sehat (berasal dari yang lolos skrining dan yang terkoreksi). Calon ibu hamil dengan penyulit (berasal dari yang belum terkoreksi). Selain itu Tim Pendamping Keluarga juga melakukan pendampingan dan memberikan pelayanan kontrasepsi untuk menunda kehamilan (pil atau kondom). Pada masa kehamilan dilakukan pendampingan pada semua ibu hamil dengan melakukan skrining awal (variabel: risiko 4T, Hb, status gizi KEK/Obes berdasar Indeks Massa Tubuh (IMT) dan atau LiLA serta penyakit penyerta), terdiri dari 3 kategori: Kehamilan Sehat, Kehamilan Patologis (penyakit penyerta) dan Kehamilan Risiko Stunting (spesifik: anemia, KEK, 4T). Dilakukan pendampingan ketat pada kehamilan Risiko Stunting dan Kehamilan Patologis, masif 8-10 kali selama kehamilan, terintegrasi dengan Tim ANC Puskesmas/Tk. Kecamatan. Pendampingan juga dilakukan pada kehamilan sehat, dengan intensitas 6-8 kali, terintegrasi dengan Tim ANC Puskesmas/Tk. Kecamatan  Pendampingan ketat harus dilakukan pada janin terindikasi Risiko Stunting, terdiri dari 2 kategori: Janin Sehat dan Janin Risiko Stunting (variabel: TBJ tidak sesuai usia kehamilan (PJT), gemelli). Diperlukan deteksi dini setiap penyulit. Jangan sampai terlambat mendiagnosa dan terlambat merujuk yang akhirnya membuat terlambat dalam penanganannya (menekan AKI dan AKB).

Pada Ibu Masa Nifas, TPK harus memastikan KB pasca persalinan, ASI eksklusif, imunisasi, asupan cukup gizi ibu menyusui, serta tidak ada komplikasi masa nifas. Pastikan kunjungan Postnatal Care (PNC).


Pada balita 0 - 59 bulan dilakukan upaya sebagai berikut; (1) Usia 0-23 bulan Skrining awal bayi baru lahir (variabel: BB, PB, ASI Eksklusif, MPASI, Imunisasi Dasar Lengkap, penyakit kronis; ISPA, kecacingan, diare, berat badan dan tinggi badan sesuai usia, perkembangan sesuai usia), terdiri dari 2 kategori:  Bayi Lahir Sehat (kondisi normal)  dan Bayi Lahir Risiko Stunting (BBLR, Premature, PB kurang dari 48 cm, tidak mendapatkan ASI Eksklusif, tidak mendapatkan MPASI, tidak mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap, mengalami sakit kronis : ISPA, kecacingan, diare, mengalami gizi kurang, mengalami gizi buruk, berat badan dan tinggi badan tidak sesuai usia, perkembangan tidak sesuai usia). (2) Dilakukan pendampingan baduta sampai usia 23 bulan.

Pada Usia 24-59 bulan, Tim Pendamping Keluarga harus memastikan bahwa balita dalam kondisi sehat (normal) atau balita tidak sehat; mengalami sakit kronis : ISPA, kecacingan, diare, mengalami gizi kurang, mengalami gizi buruk, berat badan dan tinggi badan tidak sesuai usia, perkembangan tidak sesuai usia. Hal ini terkait dengan upaya penanganannya. Selain itu Tim Pendamping Keluarga juga melakukan pendampingan balita sampai usia 59 bulan.

Mengingat begitu besarnya tugas dan tanggung jawab Tim Pendamping Keluarga dalam rangka percepatan penurunan stunting di Indonesia, sudah selayaknya kita memberikan dukungan sepenuhnya agar tim ini dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Setidaknya kita memberikan dukungan dan semangat agar mereka siap menghadapi tantangan dan hambatan yang menghadang.



Selasa, 21 Juni 2022

7 Dimensi Lansia Tangguh mencetak Lansia Mandiri, Produktif dan Bahagia

 Dalam upaya mendukung peran Lansia di keluarga dan masyarakat ada upaya agar kita paham dengan 7 dimensi Lansia Tangguh. Siapa sajakah yang harus paham tentang hal tersebut, utamanya adalah keluarga lansia dan lansia itu sendiri. Karena dari merekalah maka upya menciptakan lansia tangguh dapat dilaksanakan.

Dimensi apa sajakah yang dapat mendukung terciptanya lansia Tangguh?

1. DIMENSI FISIK

Pada dimensi fisik ini lansia dan keluarga harus paham, bahwa terjadi kemunduran secara fisik pada diri lansia. Adapun ciri cirinya adalah :penurunan jumlah sel otak, penurunan membau dan sensasi, kulit berkerut,beruban, penglihatan dan pendengaran menurun, fungsi tulang, sendi dan otot mulai terganggu, mulai ompong,gerakan melambat,cepat lelah, suka kencing dan BAB, daya tahan tubuh menurun atau mudah sakit.

Penyakit yang mulai muncul pada lansia:hipertensi,stroke,jantung,DM, paru paru,infekdi saluran kemih, masalah gizi dan gangguan jiwa seperti depresi, demensia (pikun) , insomnis dan kecemasan)

Oleh karena itu bagi lansia perlu untuk memelihara kesehatannya dengan berolahraga ringan seperti: jalan kaki,bersepeda, makan makanan sehat, cukup tidur, latihan pernafasan,hindari asupan alkohol dan rokok, periksa kesehatan rutin dan melakukan perawatan kesehatan lansia

2. DIMENSI SPIRITUAL

Dimensi agama atau spiritual ini penting untuk memberikan rasa tenang dan nyaman secara batiniah,menigkatkan kepasrahan ,tawakal dan kesabaran dalam berhubungan dengan Tuhan,manusia dan alam.

Kegiatan untuk mendukungkeyakinan dan keimanan lansia ini dapat dilakukan dengan melakukan bimbigan ibadah secara benar,istiqomah, membaca kitab suci, melakukan kegiatan sosial, bakti sosial danegiatan bermanfaat lainnyan.

3. DIMENSI EMOSIONAL

Permasalahan yang sering dihadapi lansia secara psikhologis adalah:cemas/akut, mudah tersinggung,kesepian, hilangnya kepercayaan diri, bermimpi masa lampau,egois,dan aspek biologis.

Oleh karenaitukomunikasi aktifi keluarga pada lansianya perlu untuk terus diterapkan, dan lansia sendiri harus mencobauntuk melatih emosionalnya denganbanyak berhubungan denga orang lain, antusias, memberirespon positif terhadap lingkungan.

Adapun upaya untuk menghadapikesepian dengan berupaya membuat agar dirinya bermanfaat, membuka diri untuk bergaul, melaksanakan ibadah dengan tekun bersosialisasi dengan orang lain. Adapun pihakkeluarga bisamendukung dengan meluangkan waktu bagi lansianya,meningkatkan perhatia yang tulus dan aman,menciptakan suasana yang menyenangkan.

4. DIMENSI SOSIAL KEMASYARAKATAN

Kegiatan yang bisa dilakukan lansia dalam masyarakat adalah bidang keagamaan, hari besar Nasional,gotong royog, bakti sosial dan ikut kegiatan BKL,usaha ekonomi (UPPKA), penyaluran hobby,diskususi yang bermanfaat, berbagi pengalaman, bisa menjadipendamping sosial, orang tua asuh untuk bersedekah.

5. DIMENSI INTELEKTUAL

Intelektual pada lansia itu adalah kemampuan lansia dalam menerima informasi,memahaminya,menyimpannya,serta kemampuan mengamalkan dalam kehidupan sehari hari.karena apabila fungsi intelektual lansia menurun akan berakibat : gangguan persepsi sehingga mudah sepi,marah,tersinggung dan mengeluh. Penurunan konsentrasi,gangguan kounikasi danbahasa, menurunnya daya ingat

6. DIMENSI LINGKUNGAN

Dalam dimensi lingkungan ini berhubungan dengan lingkungan aktivitas, yang muda dan terjangkau bagi lansia sendiri. Kemudahan dari lingkungan ini adalahsegi waktu,terjangkau dan memperhitungkan fisik lansia dan gerak fugsionalnya. Misalkan ada sarana jalan kaki yangnyaman dan aman di lingkungan tersebut.

Lingkungan yanga bersih dan sehat juga perlu diberikan pada lansia, agar membawa penaruh positif bagi kesehatan lansia. 

Lingkungan mental spiritual juga perlu agar menimbulkan suasana batin yang tenang,aman dan tentram.agar lansia terhindar dari kesehatan mental spiritual adalah tetap aktif, makan makanan sehat, rileks, partisipasi aktif, penerapan nilai keagamaan.

Lingkungan sosial budaya, ini menciptakan lansia yang memiliki peikiran bahwa mereka bertempat tinggal dan hidup berdampingan dengan orang lain, paham bahwa lingkungan soaial selalu berubah, menjadikan lansia yang aktif.

7. DIMENSI PROFESIONAL VOKASIONAL

Dalam pengembangan Vokasional Lansia, mereka diupayakan untuk mengembangkan ekonomi dan kewirausahaan, misalnya hobi melukis, memasak, atau sumber lainnya. Usaha konomi produktif bagi lansia bisa dilakukan di bidang pertanian,peternakan, tanaman,idustri kecil rumah tangga,kesenian atau dagang dan jasa buka warung,kios, maupun warung gizi sehat lansia.



Demikian7 Dimensi lansia tangguh yangbisa menciptakan lansia kita sehat, produktif, dinamis dan Sejahtera

Ditulis ulang oleh : Dra. Ida Swasanti (PKB Ahli Muda Kabupaten Bojonegoro)

Sumber : Materi Pendampingan Perawatan Jangka Panjang Bagi Lansia Prov. JawaTimur Tahun 2022 oleh Nur Hotimah Sub Koordinator BALAN BKKBN Perwakilan JawaTimur




Senin, 27 September 2021

PAHAMI 5 SASARAN STUNTING DALAM KELUARGA KITA

 


     Di Indonesia, kasus stunting masih menjadi masalah kesehatan dengan jumlah yang cukup banyak Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun, Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun

Kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak pada perkembangan otak, rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi prestasi sekolah dan keberhasilan pendidikan, Dalam jangka panjang, kekurangan gizi pada awal kehidupan akan menurunkan produktivitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan dimasyarakat.

Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) mengatakan "Ajarkan ke anak-anak kita, kalau nanti bila mereka atau istri mereka mengandung, harus hamil yang direncanakan." "Berikan kasih sayang, makan makanan dengan gizi yang baik agar anaknya tidak stunting, jadi anak yang cerdas dan berkualitas

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017. Angkanya mencapai 36,4 persen. Namun, pada 2018, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angkanya terus menurun hingga 23,6 persen, Dari data yang sama, diketahui pula stunting pada balita di Indonesia pun turun menjadi 30,8 persen. Adapun pada Riskesdas 2013, stunting balita mencapai 37,2 persen, Perlu diketahui bahwa riskesdas memang dirilis setiap lima tahun sekali. Sedangkan stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang antara lain disebabkan gizi buruk, Anak dikatakan stunting ketika pertumbuhan tinggi badannya tak sesuai grafik pertumbuhan standar dunia. Atau dalam bahasa yang lebih umum adalah kuntet. Dari Riskesdas 2018 itu, sangat pendek mencapai 6,7 Penurunan angka stunting di Indonesia adalah kabar baik, tapi belum berarti sudah bisa membuat tenang. Maklum, bila merujuk pada standar WHO, batas maksimalnya adalah 20 persen atau seperlima dari jumlah total anak balita. "Stunting diyakini akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan. Situasi ini jika tidak diatasi segera maka dapat dipastikan Indonesia tidak mampu bersaing menghadapi tantangan global pada masa depan," kata seorang juru bicara Konsepsi-NTB, Dr Muh Taqiuddin

Penyebab Stunting ;

1.       Kurang gizi kronis dalam waktu lama

2.        Retardasi pertumbuhan intrauterine

3.        Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori

4.        Perubahan hormon yang dipicu oleh stres

5.        Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak

6.       Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan

7.       Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal (setelah melahirkan)

8.        Kurangnya akses air bersih dan sanitasi

9.        Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.

Gejala Stunting

1.          Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya

2.          Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya

3.         Berat badan rendah untuk anak seusianya

4.          Pertumbuhan tulang tertunda

Mencegah Stunting Mencegah Stunting akibat asupan gizi yang kurang dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai, Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana jalan yang paling tepat agar kebutuhan gizi dapat tercukupi dengan baik.

Pencegahan Stunting bisa dilakukan dengan cara-cara berikut ini :  

1.       Berikan anak gizi seimbang agar tubuhnya bisa bertambah tinggi dan untuk perkembangan otak anak.  

2.       Melakukan aktivitas fisik, minimal olah raga 30 menit setiap hari

3.       Jangan biarkan anak tidur larut malam agar anak mendapat istirahat yang cukup

Dampak stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun, Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang . Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin.

Pada usia 1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan dikonsumsi oleh ibu hamil, Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya, asupan nutrisi yang baik juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya, , pada saat bayi telah lahir, penelitian untuk mencegah Stunting menunjukkan bahwa, konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan, Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1–3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan, Jadi, pastikan si kecil mendapat asupan protein yang cukup sejak ia pertama kali mencicipi.

 "Ternyata hormon pertumbuhan itu kerjanya pukul 00.00 sampai 01.00 malam. Dia (hormon) bekerja kalau tidur nyenyak. Dengan cara itu anak bisa tinggi," Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, sekitar 37,2 persen anak Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami stunting. Kementerian Kesehatan dengan dukungan Millennium Challenge AccountIndonesia (MCA-I), melalui Program Hibah Compact Millennium Challenge Corporation (MCC) melakukan Kampanye Gizi Nasional Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM).

Salah satu intervensi dalam program PKGM adalah tentang perubahan prilaku masyarakat, yang dilakukan dalam program Kampanye Gizi Nasional (KGN). Program KGN di wilayah OKI dilakukan dengan pendekatan yang menyeluruh, seperti melakukan aktifasi posyandu-posyandu dan pemberian pengetahuan tentang gizi anak, mulai dari makanan apa saja yang boleh untuk bayi di atas enam bulan, bagaimana tekstur yang baik, berapa banyak yang harus diberikan, termasuk pengetahuan pentingnya ASI Eklusif.

Oleh karena itu ada 5 sasaran penting dalam keluarga untuk menekan angka Stunting di masyarakat.

1.       Anak Remaja, dengan pemberian makanan bergizi dan mengecek kesehatannya, maka kita akan menciptakan generasi penerus yang sehat. Yang perlu diperhatikan pada anak remaja adalah pemberian zat Besi (Fe) kepada anak remaja putri saat merekamengalami menstruasi. Pemahaman PUP (Pendewasaan Usia Perkawinan sangat penting. Serta Penyiapan pada GenRe (Generasi Berencana). Program Triad KRR pada Remaja sangat diperlukan untuk pemahaman tentang Reproduksi sehat serta mencegah terjadinya KTD (Kehamilan Tidak Diingginkan) dan Pernikahan Dini.

2.       Calon Pengantin, mereka harus mempersiapkan diri secara Fisik, Phykhis, Mental dan Ekonomi mereka. Sehingga kondisi keluarganya dapat direncanakan dengan baik. Perencanaan yang matang tentang hamil , memakai alat kontrasepsi, menyekolahkan anak, perencanaan kehamilan berikutnya, sangat perlu untuk direncanakan dengan baik.

3.       Ibu Hamil, adalah 1000 HPK yang pertama dimulai. Dengan menyiapkan 1000 HPK saat janin dalam kandungan, si Ibu perlu paham, makanan apa saja yang penting untuk dikonsomsi oleh Ibu Hamil. Menjaga kesehatan, hubungan Physkhis, perlu dilakukan. Menjaga kesehatan fisik dan Mental seorang Ibu Hamil juga berperan penting dalam saat ini.

4.       Ibu Menyusui. Asupan Gizi saat ibu hail perlu untuk dipahami. Pemberian ASI Ekslusif sampai dengan usia 6 bulan si anak perlu agar si anak akan tumbuh sehat dan cerdas. Kapan saatnya ibu memberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) bagi si Bayi sangat penting. Selain pertumbuhan fisik pertumbuhan motorik dan kognitif si anak juga perlu untuk mendapatkan perhatian.

5.       Ibu Balita, dengan pengasuhan yang baik dan pemberian gizi yang benar maka tumbuh kembang anak ditingkatkan. Mengajak ibu Balita di Posyandu dan BKB sangat bermanfaat, agar ibu paham tentang pola pengasuhan yang benar pada Balita.

Dengan pemahaman tentang mengaa terjadi stunting inilah diharapkan semua elemen yang ada dapat mendukung tercapainya pencegahan stunting di masyarakat, sehingga generasi yang sehat dan cerdaspun dapat terjaga.


Dra. Ida Swasanti

PKB Ahli Muda Kabupaten Bojonegoro (JATIM)

Kamis, 04 Maret 2021

PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP MEDIA

 

            Dampak Positif dan Negatif dari penggunaan Media oleh anak sangat beragam, yang mana dampak ini sangat berpengaruh terhadap si anak dan orang tuanya. Ada beberapa hal yang kita temui sehubungan dengan penggunaan media tersebut di masyarakat, yaitu:

a. Dampak positif dari pengunaan media sosial adalah:

1)    Sebagai media penyimpanan informasi..

2)    Situs jaringan sosial membuat anak dan remaja lebih bersahabat, meningkatkan perhatian, saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.

3)    Media sosial dapat menyambung tali silaturrahmi memudahkan bagi orang yang memiliki sanak family yang jauh, (mendekatkan yang jauh) Hal tersebut dapat dilakukan lewat media maya seperti video call.

4)    Mempermudah berbelanja, seperti menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari di sosial media, online shop, pria dan wanita,hal tersebut sangatlah mudah dilakukan, bermunculan pengusaha kecil dengan hanya bermodlkan kuota.

5)    Media sosial juga dapat memanfaatkan sebagai jalan dakwah atau menyampaikan ajaran-ajaran Agama.

6)     Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sosial. Banyak ketrampilan bisa didapatkan dari Youtube dan lainnya

b.   Dampak negatif dari penggunaan media sosial adalah:

1)     Berawal dari media sosial sering terjadi tindak kejahatan seperti penipuan, pembunuhan, pemerkosaan, penculikan dll.

2)     Susah bersosialisasi dengan orang sekitar Orang yang aktif di sosial media nyatanya adalah orang pendiam dan tidak banyak bergaul. (tidak sesuaidengan kenyataannya)

3)     Karna pengunaan media sosial lebih sering menggunakan bahasa informal dalam keseharian sehingga bahasa yang formal pun menjadi terlupakan, sehingga kadang kadang bahasa formalnya mulai memudar, sopan santun.

4)     Situs media sosisal akan membuat seseorang lebih mementingkan diri sendiri (egois), lebih asyik dengan gadgetnya..

5)        Media sosial dapat membuat anak-anak dan remaja menjadi lalai dan juga tidak bisa membagi waktu karna terlalu asik dengan dunia maya

6)        Kebutuhan paket internet menjadi hal utama

7)        Anak menjadi anak instant, karena lebih suka mencari apapun lewat internet

       Yang harus dilakukan oleh orang tua dalam melindungi anaknya dari dampak negatif media sosial adalah

a.    Orang tua dpat mengurangi kesibukan di luar rumah dan lebih mengintensifkan komunikasi di dalam keluarga, khususnya dengan anak-anak. Karena pada dasarnya seorang anak pasti membutuhkan kehadiran fisik orang tuanya.

b.    Jika kedua orang tuanya memang sibuk semua, hendaknya mereka dapat berbagi tugas dengan pasangannya untuk pendampingan si anak. Karena anak anak adalah tanggung jawab orang tua

c.    Meminimalisir penggunaan handphone , khususnya bagi anak anak yang masih kecil. Kalau sudah berusia remaja, mungkin bisa dipertimbangkan penggunaannya dengan aturan-aturan yang moderat. Namun jika anak masih duduk di bangku TK atau SD, pertimbangkan lagi untuk memberikan ponsel dengan alasan apapun. Jika tetap harus memberikan ponsel pada anak, ada baiknya ponsel tersebut tidak bisa mengakses internet dengan mudah.

d.    Memperkenalkan pada anak bahaya internet maupun media sosial dan media massa yang diakses secara berlebihan.

e.    Menanamkan pendidikan agama yang baik sekaligus memberikan contoh penerapan ajaran agama tersebut. Orangtua harus memberikan contoh terbaik dari penerapan ajaran agama

Di luar sekolah, di manapun anak-anak itu berada, adalah tanggung jawab para orang tua sehingga peran keluarga dalam pendidikan anak haruslah diperkuat mulai saat ini. Karena itu memastikan mereka aman dari berbagai gangguan atau potensi gangguan, juga menjadi tanggung jawab orang tua.

 



Kamis, 11 Februari 2021

CEGAH STUNTING...SEMUA KELUARGA HARUS PAHAM

 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai penanggungjawab utama dalam program penanggulangan stunting (kekerdilan pada anak)

Salah satu pertimbangan dari penunjukan tersebut yakni kemampuan 'dobrak' lembaga yang memiliki pasukan lapangan cukup banyak. Perempuan yang karib disapa Dani ini mengatakan BKKBN memiliki 14 ribu Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB/PKB) dari unsur ASN (Aparatur Sipil Negara) dan anak 10 ribu petugas non-ASN. 

Pemerintah menargetkan kasus stunting yang saat ini mencapai angka sekitar 27% dapat ditekan menjadi 24% pada 2020 dan turun lagi menjadi 14% pada 2024.   Ada   beberapa penyebab terjadinya risiko stunting, seperti menikah muda. Sekitar 30-35% kasus stunting pada anak, dilahirkan oleh wanita yang menikah di usia muda. 

"Menikahlah di usia 21 tahun agar melahirkan anak yang sehat," hal ini sering disampaikan Penyuluh KB kepada para anak muda.  

 Penyebab stunting lainnya adalah jarak kelahiran. Dalam berbagai penelitian, ada korelasi kuat antara jarak kelahiran dan stunting. Untuk itu, BKKBN mengajak keluarga untuk menjaga jarak kelahiran minimal tiga tahun antar satu anak dengan anak berikutnya. Dingingatkan juga agar para ibu memperhatikan 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Suatu periode kehidupan bayi sejak dalam kandungan hingga dua tahun menyusui.

Dari beberapa penyebab terjadinya risiko stunting, seperti menikah muda. Sekitar 30-35% kasus stunting pada anak, dilahirkan oleh wanita yang menikah di usia muda

Penyebab stunting lainnya adalah jarak kelahiran. Ada korelasi kuat antara jarak kelahiran dan stunting. Untuk itu, BKKBN mengajak keluarga untuk menjaga jarak kelahiran minimal tiga tahun antar satu anak dengan anak berikutnya. Diingingatkan agar para ibu memperhatikan 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Suatu periode kehidupan bayi sejak dalam kandungan hingga dua tahun menyusui. Para generasi "baby boomers" masih "menguasai" banyak aspek kehidupan bernegara. Sehingga, harus ada kesinambungan antargenerasi agar negara terjaga dan berkembang menjadi bangsa yang unggul.




Senin, 18 Januari 2021

LANSIAPUN INGIN BAHAGIA

                                                     LANSIAPUN INGIN BAHAGIA

 

Oleh Dra. IDA SWASANTI, MM.M.Si

                                                                    PKB Ahli Muda



Saat ini kita mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%).

Situasi yang digambarkan tadi merupakan dampak dari terjadinya populasi yang menua yaitu makin besarnya proporsi lansia terhadap jumlah penduduk di suatu negara. Indonesia saat ini sudah menuju kepada kondisi populasi menua dengan persentase Lansia sebesar 9,7% sedangkan negara-negara maju sudah melebihi 10% bahkan Jepang sudah melebihi 30%.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, penyakit yang terbanyak pada lansia adalah untuk penyakit tidak menular antara lain ; hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke, dan penyakit menular antara lain seperti ISPA, diare, dan pneumonia.

Untuk menekan dan membangun kebahagiaan pada Lansia , perlu untuk menyalurkan hobby pada Lansia. Ada beberapa hal yang perlu kita gali pada diri mereka.

Sesuai dengan Usia, kemunduran fisiknya, maka Hobi yang bisa digeluti oleh Lansia adalah segala aktifitas yang positif, yang harus disesuaikan dengan kemampuan Lansia dan tetap jaga keseimbangan hidup

Sebagai milenial, kamu bisa loh mengajak lansia yang berada di sekitar lingkunganmu untuk tetap aktif dan produktif. Dengan memberikan mereka kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat. Apa saja itu ?

Berjalan Kaki
Kondisi setiap lansia memang berbeda-beda, bagi lansia yang masih sanggup berjalan, enggak ada salahnya mengajak mereka untuk bergerak dengan berjalan kaki. Tidak perlu jauh, cukup pergi ke pasar atau sekadar berjalan-jalan sore mengitari kompleks rumah. Sehingga tubuh bergerak dan tetap sehat. Kegiatan ini juga membahagiakan karena mereka bisa berjumpa dengan orang-orang, baik tetangga maupun orang-orang baru. 

Olahraga
TemanBaik juga bisa secara rutin mengajak kakek atau nenek berolahraga ringan seperti senam. Olahraga akan membuat tubuh bergerak dan sehat. Kamu bisa mengajak senam ringan di sekitaran rumah, seperti di taman atau halaman rumah.

Melakukan Apa yang Disukai
Ajak kembali orang tua lansia untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai. Seperti menjahit, memasak, membuat kerajinan dan lainnya. Dengan melakukan hobinya, mereka tak hanya aktif namun juga bahagia karena melakukan apa yang mereka sukai.

Bermain dengan Cucu
Orang lanjut usia pasti akan sangat terhibur saat dapat bermain dengan anak kecil, apalagi jika anak kecil tersebut adalah cucunya. Dengan bermain bersama anak-anak, maka orang tua dapat aktif bergerak. Selain bikin aktif bergerak, kegiatan tersebut pastinya dapat membahagiakan mereka. 

Berkebun
Bagi kakek atau nenek yang gemar berkebun, kamu bisa menyediakan tumbuh-tumbuhan dan lahan untuk mereka rawat. Meski kemudian kamu tetap menyewa tukang kebun untuk merawat keseluruhan kebun, setidaknya kakek dan nenek memiliki aktivitas saat berada di rumah, seperti menyiram tanaman.

Merawat Hewan
Untuk menemani keseharian lansia saat ditinggal kamu bekerja, kamu bisa menyediakan hewan peliharaan untuk sahabat bagi kakek atau nenek, seperti anjing atau kucing. Hewan peliharaan akan membuat orangtua aktif bergerak, seperti ketika mereka memberikan makan atau mengajak jalan-jalan. 

 




AYOOO......KITA SEHATKAN LANSIA DI RUMAH KITA, BAHAGIAKAN MEREKA DENGAN HOBINYA....