Senin, 27 September 2021

PAHAMI 5 SASARAN STUNTING DALAM KELUARGA KITA

 


     Di Indonesia, kasus stunting masih menjadi masalah kesehatan dengan jumlah yang cukup banyak Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun, Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun

Kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak pada perkembangan otak, rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi prestasi sekolah dan keberhasilan pendidikan, Dalam jangka panjang, kekurangan gizi pada awal kehidupan akan menurunkan produktivitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan kesenjangan dimasyarakat.

Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) mengatakan "Ajarkan ke anak-anak kita, kalau nanti bila mereka atau istri mereka mengandung, harus hamil yang direncanakan." "Berikan kasih sayang, makan makanan dengan gizi yang baik agar anaknya tidak stunting, jadi anak yang cerdas dan berkualitas

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017. Angkanya mencapai 36,4 persen. Namun, pada 2018, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angkanya terus menurun hingga 23,6 persen, Dari data yang sama, diketahui pula stunting pada balita di Indonesia pun turun menjadi 30,8 persen. Adapun pada Riskesdas 2013, stunting balita mencapai 37,2 persen, Perlu diketahui bahwa riskesdas memang dirilis setiap lima tahun sekali. Sedangkan stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang antara lain disebabkan gizi buruk, Anak dikatakan stunting ketika pertumbuhan tinggi badannya tak sesuai grafik pertumbuhan standar dunia. Atau dalam bahasa yang lebih umum adalah kuntet. Dari Riskesdas 2018 itu, sangat pendek mencapai 6,7 Penurunan angka stunting di Indonesia adalah kabar baik, tapi belum berarti sudah bisa membuat tenang. Maklum, bila merujuk pada standar WHO, batas maksimalnya adalah 20 persen atau seperlima dari jumlah total anak balita. "Stunting diyakini akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan. Situasi ini jika tidak diatasi segera maka dapat dipastikan Indonesia tidak mampu bersaing menghadapi tantangan global pada masa depan," kata seorang juru bicara Konsepsi-NTB, Dr Muh Taqiuddin

Penyebab Stunting ;

1.       Kurang gizi kronis dalam waktu lama

2.        Retardasi pertumbuhan intrauterine

3.        Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori

4.        Perubahan hormon yang dipicu oleh stres

5.        Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak

6.       Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan

7.       Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal (setelah melahirkan)

8.        Kurangnya akses air bersih dan sanitasi

9.        Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.

Gejala Stunting

1.          Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya

2.          Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya

3.         Berat badan rendah untuk anak seusianya

4.          Pertumbuhan tulang tertunda

Mencegah Stunting Mencegah Stunting akibat asupan gizi yang kurang dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai, Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana jalan yang paling tepat agar kebutuhan gizi dapat tercukupi dengan baik.

Pencegahan Stunting bisa dilakukan dengan cara-cara berikut ini :  

1.       Berikan anak gizi seimbang agar tubuhnya bisa bertambah tinggi dan untuk perkembangan otak anak.  

2.       Melakukan aktivitas fisik, minimal olah raga 30 menit setiap hari

3.       Jangan biarkan anak tidur larut malam agar anak mendapat istirahat yang cukup

Dampak stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun, Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang . Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin.

Pada usia 1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan dikonsumsi oleh ibu hamil, Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya, asupan nutrisi yang baik juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya, , pada saat bayi telah lahir, penelitian untuk mencegah Stunting menunjukkan bahwa, konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan, Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1–3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan, Jadi, pastikan si kecil mendapat asupan protein yang cukup sejak ia pertama kali mencicipi.

 "Ternyata hormon pertumbuhan itu kerjanya pukul 00.00 sampai 01.00 malam. Dia (hormon) bekerja kalau tidur nyenyak. Dengan cara itu anak bisa tinggi," Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, sekitar 37,2 persen anak Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami stunting. Kementerian Kesehatan dengan dukungan Millennium Challenge AccountIndonesia (MCA-I), melalui Program Hibah Compact Millennium Challenge Corporation (MCC) melakukan Kampanye Gizi Nasional Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM).

Salah satu intervensi dalam program PKGM adalah tentang perubahan prilaku masyarakat, yang dilakukan dalam program Kampanye Gizi Nasional (KGN). Program KGN di wilayah OKI dilakukan dengan pendekatan yang menyeluruh, seperti melakukan aktifasi posyandu-posyandu dan pemberian pengetahuan tentang gizi anak, mulai dari makanan apa saja yang boleh untuk bayi di atas enam bulan, bagaimana tekstur yang baik, berapa banyak yang harus diberikan, termasuk pengetahuan pentingnya ASI Eklusif.

Oleh karena itu ada 5 sasaran penting dalam keluarga untuk menekan angka Stunting di masyarakat.

1.       Anak Remaja, dengan pemberian makanan bergizi dan mengecek kesehatannya, maka kita akan menciptakan generasi penerus yang sehat. Yang perlu diperhatikan pada anak remaja adalah pemberian zat Besi (Fe) kepada anak remaja putri saat merekamengalami menstruasi. Pemahaman PUP (Pendewasaan Usia Perkawinan sangat penting. Serta Penyiapan pada GenRe (Generasi Berencana). Program Triad KRR pada Remaja sangat diperlukan untuk pemahaman tentang Reproduksi sehat serta mencegah terjadinya KTD (Kehamilan Tidak Diingginkan) dan Pernikahan Dini.

2.       Calon Pengantin, mereka harus mempersiapkan diri secara Fisik, Phykhis, Mental dan Ekonomi mereka. Sehingga kondisi keluarganya dapat direncanakan dengan baik. Perencanaan yang matang tentang hamil , memakai alat kontrasepsi, menyekolahkan anak, perencanaan kehamilan berikutnya, sangat perlu untuk direncanakan dengan baik.

3.       Ibu Hamil, adalah 1000 HPK yang pertama dimulai. Dengan menyiapkan 1000 HPK saat janin dalam kandungan, si Ibu perlu paham, makanan apa saja yang penting untuk dikonsomsi oleh Ibu Hamil. Menjaga kesehatan, hubungan Physkhis, perlu dilakukan. Menjaga kesehatan fisik dan Mental seorang Ibu Hamil juga berperan penting dalam saat ini.

4.       Ibu Menyusui. Asupan Gizi saat ibu hail perlu untuk dipahami. Pemberian ASI Ekslusif sampai dengan usia 6 bulan si anak perlu agar si anak akan tumbuh sehat dan cerdas. Kapan saatnya ibu memberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) bagi si Bayi sangat penting. Selain pertumbuhan fisik pertumbuhan motorik dan kognitif si anak juga perlu untuk mendapatkan perhatian.

5.       Ibu Balita, dengan pengasuhan yang baik dan pemberian gizi yang benar maka tumbuh kembang anak ditingkatkan. Mengajak ibu Balita di Posyandu dan BKB sangat bermanfaat, agar ibu paham tentang pola pengasuhan yang benar pada Balita.

Dengan pemahaman tentang mengaa terjadi stunting inilah diharapkan semua elemen yang ada dapat mendukung tercapainya pencegahan stunting di masyarakat, sehingga generasi yang sehat dan cerdaspun dapat terjaga.


Dra. Ida Swasanti

PKB Ahli Muda Kabupaten Bojonegoro (JATIM)